BAB I
PENDAHULUAN
Pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat dicapai apabila tercapai keseimbanagan dalam interaksi faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal terdiri atas faktor fisik dan psikis, faktor eskternal terdiri atas berbagai faktor antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi,dan pendidikan. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat itu, dikelompokkan menjadi empat yakni lingkungan, yakni lingkungan fisik, sosial, politik maupun ekonomi, perilaku, pelayanan kesehatan; dan hereditas (keturunan).
Sampai saat ini derajat kesehatan dan status gizi masyarakat yang masih rendah merupakan salah satu masalah nasional. Hal ini tercermin masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, dan kurang gizi pada balita.
Di samping itu, selain pola penyakit yang diderita masyarakat yang umumnya masih berupa penyakit menular yang masih tinggi, juga diikuti peningkatan penyakit yang tidak menular seperti penyakit jantung, pembuluh darah, diabetes mellitus, dan kanker. Dengan demikian terjadi transisi epidemiologi sehingga kita dihadapkan pada beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burdens).
Di samping itu, selain pola penyakit yang diderita masyarakat yang umumnya masih berupa penyakit menular yang masih tinggi, juga diikuti peningkatan penyakit yang tidak menular seperti penyakit jantung, pembuluh darah, diabetes mellitus, dan kanker. Dengan demikian terjadi transisi epidemiologi sehingga kita dihadapkan pada beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burdens).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui pendidikan kesehatan, yang merupakan salah satu bentuk intervensi terhadap salah satu dari empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu perilaku.
Pendidikan kesehatan merupakan bagian program pembangunan kesehatan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJPMN) tahun 2004-2009. Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini meliputi pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat; serta peningkatan pendidikan kepada masyarakat.
Kesadaran masyarakat akan kesehatan ini diharapkan bisa menciptakan situasi masyarakat yang melek kesehatan (health literacy). Pendidikan kesehatan juga diharapkan dapat mencapai perilaku kesehatan (health behaviour). Perilaku yang diharapkan tidak terbatas pada peningkatan pengetahuan tentang kesehatan, namun menciptakan sikap yang positif tentang kesehatan dan akhirnya dilakukan atau dipraktikkan sehingga menjadi masyarakat yang berperilaku hidup sehat (healthy life style).
Untuk dapat mencapai hasil yang efektif, sasaran pendidikan kesehatan dapat dipilah menjadi tiga yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Sasaran primer biasanya disesuaikan dengan permasalahan kesehatan yang terjadi, seperti kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, remaja putri dan wanita usia subur untuk masalah kesehatan reproduksi, ibu hamil dan menyusui untuk masalah kesehatan ibu dan anak dan anak sekolah untuk kesehatan remaja.
Sasaran sekunder seperti para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat. Dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini, diharapkan mereka menggetoktularkan, memberikan contoh perilaku sehat, kepada masyarakat di sekitarnya.
Sasaran tersier meliputi para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan masyarakat umum (sasaran primer).
Pendidikan kesehatan masyarakat biasanya dilaksanakan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan meliputi metode pendidikan individual, metode pendidikan kelompok, dan metode pendidikan massa. Metode individual biasanya dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti bimbingan dan penyuluhan maupun wawancara. Metode pendidikan kelompok dengan pendekatan ceramah dan seminar. Sedangkan metode pendidikan massa biasanya dilakukan dengan ceramah umum, melalui acara TV dan radio, tulisan-tulisan di koran, majalah, melalui internet dan billboard, spanduk, poster yang dipasang di tempat umum serta melalui pameran.
Dalam pelaksanaannya karena tidak meratanya akses informasi dan terbatasnya jumlah tenaga kesehatan sebagai sumber informasi kesehatan maka peningkatan perilaku masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat belum berjalan sesuai harapan.
Meskipun demikian pendidikan kesehatan juga terjadi dalam situasi saat munculnya masalah kesehatan yang ”memaksa” masyarakat untuk belajar mengenai suatu hal. Hal ini dikenal sebagai required outcome situation (situasi belajar yang diwajibkan). Dalam hal ini situasi belajar yang terjadi adalah dalam bentuk kewajiban atau instruktif yakni petugas mengharuskan masyarakat untuk berperilaku tertentu.
BAB II
PENDIDIKAN KESEHATAN
PADA WANITA USIA PRODUKTIF
A. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidkan kesehatan merupakan suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat (Budiono, 1998).
Pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha dkk, 2002).
Pendidikan Kesehatan :
o Merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.
o Adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsikan perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran dan sebagainya.
o Upaya agara perilaku individu, kelompok dan masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
o Secara konsep: penkes merupakan upaya mempengaruhi/mengajak orang lain (individu, keompok, masyarakat) agar berperilaku hidup sehat.
o Secara operasional: penkes adalah semua kegiatan untuk memberikan/ meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meingkatkan kesehatannya.
(Blum, 1974) mengatakan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor, berdasarkan hirarkinya adalah sebagai berikut:
1) lingkungan (fisik, sosial, budaya)
2) perilaku
3) pelayanan kesehatan
4) herediter
Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi utama terhadap perilaku, akan tetapi factor-faktor yang lain juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan.
Out Put pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan bertambahnya masalah kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
3. Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan perannya sebagai perawat pendidik, perawat mengalihkan pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan sikap selama pembelajaran yang berfokus pada pasien. Perubahan perilaku pada pasien selama proses pembelajaran berupa perubahan pola pikir, sikap dan ketrampilan yang spesifik .
4. Maksud, Manfaat dan Sasaran Pendidikan Pasien
Program pendidikan kesehatan dan staf yang berlaku dan terus menerus meningkat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pemberian perawatan kesehatan pada masyarakat. Pendidikan kesehatan pada pasien telah menunjukkan potensinya untuk meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki kualitas kehidupan, memastikan kelangsungan perawatan, secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit, memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan dan menurunkan ansietas dan memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktifitas kehidupan seharihari (Bastable, 2002).
Untuk dapat mencapai hasil yang efektif, sasaran pendidikan kesehatan dapat dipilah menjadi tiga yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Sasaran primer biasanya disesuaikan dengan permasalahan kesehatan yang terjadi, seperti kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, remaja putri dan wanita usia subur untuk masalah kesehatan reproduksi, ibu hamil dan menyusui untuk masalah kesehatan ibu dan anak dan anak sekolah untuk kesehatan remaja.
Sasaran sekunder seperti para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat. Dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini, diharapkan mereka menggetoktularkan, memberikan contoh perilaku sehat, kepada masyarakat di sekitarnya.
Sasaran tersier meliputi para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan masyarakat umum (sasaran primer).
B. KONSEP WANITA USIA PRODUKTIF
Menurut Depkes RI (1993), wanita usia produktif merupakan wanita yang berusia 15-49 tahun dan wanita pada usia ini masih berpotensi untuk mempunyai keturunan. Sedangkan menurut BKKBN 2001, wanita usia subur (wanita usia produktif) adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.
C. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA WANITA USIA PRODUKTIF/ WANITA USIA SUBUR (WUS)
Secara manual yang dimaksud wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Dimana dalam masa ini petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan/ pendidikan pada WUS yang memiliki masalah mengenai organ reproduksinya. Petugas kesehatan harus menjelaskan mengenai personal hyegiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkan dan penyakit yang dapat diakibatkan dari hal tersebut. WUS dianjurkan untuk menjaga diri agar tidak terikut menjadi WTS (Wanita Tunasusila).
Pendidikan Kesehatan yang diberikan antara lain :
1) Penyakit Menular Seksual
a. Penyakit Gonore
Penyakit ini paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit hubungan seksual. Penyebabnya Neisseria gonorhoe, tergolong bakteri diplokokus berbentuk buah kopi. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan patas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah. Upaya preventif agar tidak terinfeksi gonore pada mata dilakukan pemberian tetes mata nitras argentil 1% secara crede dan tetes mata dengan antibiotika langsung pada BBL.
b. Penyakit Sifilis
Penyebab : Treponema pallidum, ordo spirochaetaeas
Yang diserang adalah semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallidum. Masa inkubasinya sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi masuk, terdapat infiltrat (pemadatan karena serbuan sel darah putih) yang mengelupas dan menimbulkan perlukaan dengan permukaan bersih, berwarna merah dan kulit terdapat tanda radang membengkak dan nyeri. Upaya preventif yaitu melakukan pemeriksaan sebelum pernikahan.
c. Trikomoniasis
Adalah infeksi genitalia yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trikomoniasis pada wanita pada keadaan akut terdapat gejala lendir vagina banyak dan berbusa, bentuk putih bercampur nanah terdapat perubahan warna (kekuningan, kuning-hijau), bebau khas. Adanya iritasi pada lipatan paha dan kulit sekitar kemaluan sampai liang dubur. Dengan penyampaian penyakit pada alat kelamin maka WUS akan menjaga kebersihan kelaminnya dan tidak melakukan hubungan seks bebas.
2) Pemeriksaan Alat Kelamin
Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan kesehatan walaupun ia memiliki siklus haid/menstruasi yang teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur. Artinya WUS harus sehat bebas dari penyakit kelamin. Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar mengetahui kondisi organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik.
Dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah penyakit alat kelamin. Alat kelamin wanita sangat berhubungan dengan dunia luar yang melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga/ruang rahim. Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara dalam ruang perut. Karena adanya hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin wanita disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau disebut juga peritonitis.
Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu : dari sistem asam, biasanya sistem pertahanan yang lainnya dengan cara pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke luar yang menyebabkan bakteri yang dibuang dalam bentuk menstruasi, sistem pertahanan ini sangat lemah, sehingga infeksinya sering dibendung dan pasti menjalar ke segala arah yang menimbulkan infeksi mendadak dan menahun. Contoh : Penyakit alat kelamin pada wanita adalah : “Leukorea”.
Leukorea adalah keputihan, yaitu : cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan.
Leukorea dibedakan atas 2 bagian yaitu :
o Leukorea Normal (Fisiologis)
Terjadi pada fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi melalui rangsangan seksual.
o Leukorea abnormal
Terjadi pada semua infeksi alat kelamin yaitu : infeksi bibit kemaluan, liang senggama, mulut rahim dan jaringan penyangganya, dan infeksi penyakit hubungan kelamin. Leukorea bukanlah penyakit, tetapi gejala penyakit yang dapat ditentukan dengan pertanyaan, yaitu : Kapan mulainya? Berapa jumlahnya? Serta gejala penyertanya?
Penanganannya perlu dilakukan pemeriksaan, seperti : pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium/rutin. Pemeriksaan mencakup : Pewarnaan gram, preparat basah, preparat KOH, kultur/pembiakan, dan Pap Smear.
Dibawah ini beberapa penyakit infeksi kelamin wanita yang umum terjadi dijelaskan dibawah ini yaitu :
o Infeksi Kelenjar Bartholini
Disebabkan oleh bakteri gonorea, siapolokokus atau streptococus. Pada pemeriksaannya dijumpai pembengkakan kelenjar, padat, berwarna merah, nyeri, dan panas.
Pengobatan : dengan insisi yang mengurangi pembengkakan mengeluarkan isinya.
Therapy : antibiotik dosis tepat
Yang menahun dalam letak kista bartholini yang diperlukan tindakan marsupialisasi, yaitu operasi menyembuhkan kista dalam membuka, mengeluarkan isi dan menjahit tepi kista di irisan kulit.
o Kondiloma Akuminata
Berbentuk seperti bunga kol dengan jaringan ikat dan tertutup oleh epitel hiperkeratasis (Penebalan lapisan tanduk). Penyebabnya semacam virus sejenis virus veruka. Pengobatan pada infeksi ini dengan tungtura podofilin 10%.
o Infeksi Vagina (Vulvitis) Diabetika.
Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan relatif gemuk. Pada pemerikaan laboratorium dijumpai penyakit kencing manis.
o Infeksi Liang Senggama (Vaginitis)
Di dalam liang senggama hidup bersama saling menguntungkan beberapa bakteri yaitu hasil doderlain, stafilokokus dan streptokokus, serta hasil difteroid. Secara umum gejala infeksi liang senggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.
o Infeksi Spesifik Vagina
Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trikomonas vaginalis, dengan gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal dan rasa terbakar. Disebabkan oleh bakteri trikomonas vaginalis. Cara utama penularannya adalah dengan hubungan seksual. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, yang disebabkan oleh jamur candida albican. Leukorea berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal, dan pengobatan dengan mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan kedalam liang senggama.
o Servisitis Akuta
Infeksi ni dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi hubungan seksual. Gejalanya pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar kesekitarnya.
o Servisitis Menahun (Kronis)
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapatnya perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejalanya leokorea yang kadang sedikit atau banyak dan dapat terjadi perdarahan (saat berhubungan seks).
o Penyakit Radang Panggul
Infeksi ini sebagian berkaitan dengan infeksi alat kelamin bagian atas. Bentuk infeksi ini dapat mendadak (akut) dengan gejala nyeri dibagian perut bawah.
3) Pendidikan kesehatan diberikan pada ibu hamil.
Tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah :
o Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian yang lebih baik tentang perawatan selama kehamilan.
o Agar peserta dapat mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya.
o Agar peserta melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan.
o Agar peserta memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatannya selama kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Http://Sali-Promosikesehatan.Blogspot.Com/2009/10/Bab-I-Pendahuluan-Promosi-Kesehatan.Html. Diakses tanggal 20 Juni 2011.
Http://yienmail.wordpress.com/ Diakses tanggal 20 Juni 2011.
Maulana H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar